Diceritakan bahwa pada masa lalu, seorang pegulat tua yang namanya tersohor karena keahliannya dalam bergulat. Meski sudah tua namun hingga saat itu tidak ada pegulat lain yang dapat mengalahkannya. Sudah banyak pegulat yang ia jatuhkan dan bahkan ia telah mencapai tingkat guru besar di bidang gulat. Ia mengetahui 360 teknik penting gulat yang sebagiannya telah diajarkan kepada murid-muridnya. Pada satu hari ia memutuskan untuk tidak bergulat lagi dan memfokuskan perhatiannya untuk mengajar murid-muridnya. Semua pegulat di masa itu sangat menghormatinya dan menganggapnya sebagai guru besar gulat.
Di antara sekian banyak murid, pegulat tua itu sangat memperhatikan salah satu muridnya yang kuat dan telah mengajarkannya banyak teknik. Karena menurutnya, pegulat muda itu memiliki masa depan yang cerah. Ia mengetahui bahwa dalam waktu dekat, pegulat muda itu akan mencapai keberhasilan di bidang ini. Setiap hari, pegulat muda itu mampu meningkatkan kemampuannya dan menang di berbagai turnamen.
Pada satu hari, sang guru hendak mengajarkannya seluruh teknik yang masih tersisa kepada pegulat muda itu. Mendengar rencana gurunya, pegulat muda itu merasa sangat senang sekali karena ia tahu bahwa gurunya tidak mengajarkan seluruh teknik kepada murid-muridnya. Namun ketika ia telah mengetahui semua teknik gulat yang diajarkan gurunya, pegulat muda itu mulai merasa sombong dan congkak. Ia menganggap dirinya sebagai pegulat terkuat dan satu-satunya guru besar di bidang olahraga gulat.
Hingga saat itu tidak ada orang yang mampu menandingi kemampuannya, dan rentetan kemenangan tersebut membuat kepribadiannya semakin sombong. Ia sangat menyombongkan kemampuan dan kekuatannya sehingga ia lupa untuk menghormati gurunya. Di setiap kesempatan ia selalu berkoar bahwa ia mengetahui teknik gulat lebih banyak dari gurunya, dan jika ia tetap menghormatinya itu dikarenakan derajatnya sebagai guru. Menurut pegulat muda itu gurunya sama sekali tidak dapat menandinginya di medan laga.
Ungkapan itu juga dikemukakan oleh pegulat muda itu di depan raja. Mendengar hal tersebut, raja sangat sedih dan memerintahkan para pejabat istana untuk menggelar pertandingan antara pegulat muda itu dengan gurunya. Sang raja mengetahui bahwa pegulat muda ini akan kalah menghadapi gurunya, dan peristiwa itu akan menjadi hukuman besar baginya.
Tibalah hari pertandingan. Warga dan para pegulat berdatangan untuk menyaksikan pertandingan besar itu. Raja juga duduk di podium khusus untuk menyaksikan pertandingan itu. Pegulat muda dengan tubuh kekar dan kuat masuk ke medan terlebih dahulu, kemudian disusul oleh gurunya. Menyaksikan lengan dan dada kekar pemuda itu, sang guru mengetahui bahwa ia tidak akan pernah dapat menandinginya. Oleh karena itu sang guru mulai menyusun taktik untuk mengalahkan muridnya itu.
Pertandingan dimulai. Para penonton tidak dapat memperkirakan siapa yang akan menang. Para penonton muda bertaruh bahwa pegulat muda itu akan menang, namun dalam hati, mereka semua berharap sang guru memenangi pertandingan itu. Sang guru mulai melancarkan serangan. Pegulat muda itu terkejut dan kelabakan menangkis atau mematahkan serangan gurunya itu. Dan setelah tersudut dalam sekejap gurunya telah mengangkat tubuh muridnya itu dan membantingnya serta mengunci hingga pegulat muda itu tidak dapat bergerak. Para penonton pun sontak bergembira dan riuh bertepuk tangan. Sang raja senang sekali menyaksikan kemenangan guru itu. Sang raja menjabat tangan pegulat tua itu dan mempersilahkannya duduk di tempat khusus.
Kemudian, raja menghardik pegulat muda yang telah lancang berbicara tentang gurunya.
Pegulat muda itu menjawab, "Wahai raja, pegulat tua itu tidak mengalahkanku dengan kekuatan, melainkan dengan menggunakan teknik yang tidak aku ketahui dan ia tidak mengajarkannya kepadaku."
Sebelumnya, sang guru yang tahu bahwa muridnya akan tidak hormat kepadanya dan bahkan menantangnya bertanding, hanya mengajarkan 359 teknik gulat. Satu teknik penting yang tidak diajarkan kepadanya.
Sang guru akhirnya berdiri mendekati raja dan berkata kepada muridnya, "Sekarang tentu kau mengerti alasan mengapa aku tidak mengajarkan satu teknik kepadamu? Apakah kau tidak mendengar perkataan orang bijak bahwa "Jangan kau perkuat temanmu sedemikian rupa sehingga jika suatu hari ia menjadi musuh ia dapat mengalahkanmu?"