Menurut psikolog Wita Mulyani MPsi, ada tiga kekeliruan besar para ibu pekerja yang sering dilakukan kepada anaknya, yakni:
1. Komunikasi yang buruk
Niatnya ibu ingin menjalin komunikasi dengan anak, tapi malah membuat anak bĂȘte. Bagaimana tidak bĂȘte ketika ibunya telepon penuh dengan instruksi. Nak, nanti pulang sekolah ganti baju, makan, tidur siang, kerjakan PR. Tutup telepon.
Kesempatan berbicara dengan anak tidak lama, makanya isi pembicaraannya lebih berkualitas. Pembicaraan yang berkualitas, yaitu menanyakan bagaimana perasaan si anak hari ini. Tadi senang tidak di sekolah? Teman-temannya bagaimana? Cerita-cerita yang ringan. Bagi ibu yang sudah memiliki anak remaja, biarkan mereka curhat mengungkapkan perasaannya. Ibu mendengarkan apa yang disampaikan si anak. Hindari menghakimi si anak, tetapi beri kesempatan mengungkapkan alasannya.
2. Selami minat anak
Tidak sedikit anak yang ingin cepat kelar ketika ditelepon ibunya. Alasannya, pembicaraan dengan ibu tidak menarik, tidak nyambung. Oleh karena itu, kata Wita, minimal ibu mengetahui minat si anak atau menunjukkan ingin tahu apa yang disukai si anak sehingga anak antusias ketika berbicara. Misalkan, tadi pertandingan bola siapa yang menang? Berapa angkanya, siapa yang mengegolkan? Anak pun menjadi interest ketika ibunya mau mengetahui kesukaannya.
3. Memenuhi semua kebutuhan anak
Pelampiasan ibu yang merasa bersalah tidak ada waktu bersama anak, di antaranya dengan memenuhi segala keinginan anaknya. "Yang anak butuhkan perhatian, sentuhan, kedekatan yang tidak bisa tergantikan dengan memberikan benda-benda,'' paparnya. Dampaknya, anak menjadi manja dan harus dipenuhi setiap ingin sesuatu. Tidak mau usaha, ingin serbainstan. Makanya, anak-anak sekarang daya juangnya kurang. Emosinya cepat lemah. Ketika masuk ke dunia nyata, level expression lebih rendah, cepat panik, dan emosian.