Introspeksi Diri

Ketika ada sesuatu yang membuat diri kita kesulitan, tentu yang sering dilakukan adalah mengkambinghitamkan orang lain, mencari-cari kesalahan orang lain dan lain sebagainya. padahal, sebetulnya masalah itu ada pada diri kita sendiri. ingat..!! dalam agama islam itu diajarkan tawakkal/berserah diri kepada allah terhadap sesuatu, tentunya setelah ikhtiar.
ketika kita gagal, kemungkinan pertama adalah usaha/ikhtiar yang dilakukan belum maksimal. kedua, allah belum memberikan kesempatan tersebut kepada kita, karena allah memebrikan jalan lain. ketiga, husnudzan kepada allah.

Melalui introspeksi diri kita akan mampu menemukan makna dari setiap tujuan yang kita miliki dan akan semakin memastikan, apakah tujuan yang telah kita tetapkan sebelumnya sudah terarah atau belum. Karena Sering kita melihat kesalahan orang lain bahkan mengkritik kesalahan yang dibuat orang lain, sadarkah kita bahwa kita pun sering berbuat salah, melalu cara intropeksi diri sendiri kita dapat memahami kekurangan dan kelebihan yang kita miliki.

Beberapa Cara Untuk Mengintrospeksi diri :
  1.  Memahami kelemahan pribadi. Introspeksi diri diawali dengan sikap rendah hati. Menyadari bahwa kita tidak luput dari kekeliruan atau kesalahan. Orang yang sombong tidak mau melakukan evaluasi diri karena selalu merasa benar. Akibatnya tidak ada pertumbuhan pribadi, karena hanya bersikap menyalahkan orang lain, situasi atau bahkan Tuhan. Memahami titik kritis berarti memiliki sikap waspada dan antisipasi. Kemampuan untuk menjaga diri dan mewaspadai situasi sebelum terjadi hal-hal yang fatal.
  2. Agenda introspeksi. Kapan dan apa saja dalam diri kita yang perlu dievaluasi? Pertama, sebelum melakukan sesuatu. Ada pepatah mengatakan bahwa orang yang mau membangun menara pasti akan memperhitungkan anggaran biayanya. Introspeksi dalam hal langkah awal yang harus dilakukan, bagaimana rencana dan kesanggupan atau sumber-sumber yang kita miliki. Kedua, ketika sedang melakukan sesuatu. Introspeksi diperlukan untuk mencegah agar tidak terlanjur lebih jauh lagi jika ternyata ada kekeliruan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah metode dan cara, asumsi dan pandangan, pengetahuan dan keahlian yang digunakan. Proses antisipasi titik kritis dan langkahlangkah perbaikan jika diperlukan. Ketiga, setelah melakukan sesuatu. Pengalaman selalu merupakan guru yang terbaik. Introspeksi diri berguna untuk tindakan perbaikan atau recovery jika terjadi kekeliruan. Atau menjadi pembelajaran agar kelak kita tidak mengulang kesalahan yang sama.
  3. Proses menuju pribadi yang lebih baik. Introspeksi diri bukan berarti bersikap menghakimi atau menyalahkan diri sendiri. Tetapi bentuk kebesaran hati untuk memperbaiki dan mengembangkan diri sendiri. Orang yang sulit melakukan introspeksi diri cenderung bersikap kekanak-kanakan. Karena kedewasaan dan kematangan pribadi lahir dari keterbukaan untuk mengevaluasi dan mengembangkan diri sendiri.
Dan selebihnya anda perlu sadari jika setiap umat manusia itu tidak ada yang sempurna dan
jika hal-hal buruk merupakan suatu ujian di mana seseorang tidak dapat menghadapi ujian tersebut hingga akhir ayat, masihkah itu dianggap ujian? Tentu tidak, jika memang segala hal buruk yang kita alami adalah ujian dari Sang Pencipta, betapa Tuhan pilih kasih dengan memberikan ujian yang berbeda-beda, ada yang mudah dilewati dan ada yang sulit dilewati. Semua hal, baik kebaikan maupun keburukan adalah hasil atas apa yang kita pikirkan, ucapkan dan lakukan. Jika Anda berbuat baik, maka otomatis Anda akan mendapat kebaikan, dan jika Anda berbuat kejahatan, maka Anda akan mendapat suatu keburukan.

 “Jujurlah pada diri sendiri, Salah katakan salah, dan benar katakan benar, lakukan introspeksi untuk kebaikan diri anda bukan orang lain”

Jika aku sibuk mengkritik orang lain, maka aku cuma akan jadi "tukang kritik".
Yang kulihat pasti hanya kesalahan & kekurangan dari orang lain saja.
Sedangkan kesalahan & kekurangan diriku sendiri aku lupakan.
Sampai-sampai aku tak sempat untuk introspeksi diri sendiri dalam hidupku.

Memang menyenangkan sekali/ bangga bila aku bisa mengkritik orang lain.
Seakan-akan diriku adalah yang paling benar & hebat didunia ini.
Padhal aku bukanlah apa-apa/bukan siapa-siapa, aku cuma pintar mengkritik orang lain.
Sedangkan aku sendiri tak punya prestasi/karya yang bermanfaat.