Untuk-Mu yang Pernah Tersenyum Manis Padaku


Hai,
Entahlah,
Sudah berapa banyak waktu yang kita lewati tanpa sapa
Tidak lelahkah dirimu dengan keadaan ini?
Bagiku,
Ini sudah cukup terlalu lama. . .
Dan mungkin,
Memang aku yang harus mengalah dan meruntuhkan benteng yang kau sebut ‘Gengsi’ itu,

Hai, anak keras kepala yang egois!!!
Masih adakah dalam ingatanmu cerita 3 tahun lalu?
Ketika dirimu sering kali mengetuk  pintu kelas paling ujung, hanya untuk menancapkan stop kontak yang ada di depanku,
Saat kau dengan khawatir menanyakan keadaanku yang tiba – tiba tak sadarkan diri
Atau,,
Masih terlintaskah dalam benakmu,
Presentasi Biologi yang mebuat jerih payah kita selama seminggu terbayar dengan nilai A dan senyum kagum manusia antik itu
bisa saja semua itu kini tlah menjadi debu bagimu. . .
Aku,, tak peduli bagaimana kau menempatkan kenangan itu
Karena bagaimanapun,
Semua itu terasa indah

Sadarkah engkau,,
Waktu berlalu begitu cepat?!
Sama seperti nyata hadirmu yang terasa singkat
Aku merindukanmu sejak hari itu.
Tapi, , ,
Aku yakin, Allah punya rencana besar untuk kita,
Untukmu, dan Untukku
Yang mungkin, jauh dari kata bersatu
Aku akan tetap mengagumi,
Tapi, aku juga tetap tak berharap lebih atasmu,
Atas diri yang mereka elukan
Atas nama yang di banggakan,
Aku akan tetap seperti ini pada tempatku.
Sama, hari ini, esok, dan seterusnya

Untuk dia yang pernah tersenyum manis padaku
Yang pernah dengan tulus mendukungku
Meski hanya sesaat, 

oleh mbak Anindya Dyah Widiandani ,  PPM Khoril Huda Surabaya